Menantu Pahlawan Negara

Bab 157



Bab 157 Masuk Dalam Daftar Hitam Industri Pendidikan 

Begitu mendengar ucapan Ardika, tubuh Arini refleks gemetaran

Dia mengamati sekeliling. Saat inilah dia baru menyadari keberadaan Stefanus. 

Dalam sekejap, dia langsung menatap pria itu dengan dingin dan berkata, “Stefanus, berani sekali kamu mau mengeluarkan Nona Livy?” 

Saat ini, Ardika sedang memeluk Livy dengan penuh kasih sayang. 

Dia tahu betapa pentingnya keluarga Delvin dalam lubuk hati Ardika. 

‘Dasar Stefanus sialan! Benar–benar cari mati saja!‘ 

Stefanus sudah terkejut setengah mati. 

Begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Arini, dia langsung 

membungkuk dan berkata, “Bu Arini, aku nggak sengaja ….” 

“Plak!” 

Arini langsung melayangkan tamparan ke wajah pria itu. Dalam sekejap, jejak lima 

jari berwarna merah cerah tampak jelas di wajahnya. 

“Mulai sekarang, kamu dipecat!” 

“Ah?” 

Sambil memegang wajahnya, Stefanus langsung tercengang. 

Tadi, dia yang berlagak mau mengeluarkan Livy dari sekolah. Siapa sangka sekarang dia sendiri yang dikeluarkan dari perusahaan. 

Posisi petinggi Grup Cetta Moral dengan penghasilan tahunan sebesar miliaran 

lenyap begitu saja! 

Namun, hukumannya tidak berhenti di sana saja. 

Arini berkata dengan dingin, “Selain itu, aku akan memasukkanmu dalam daftar hitam industri pendidikan. Jangan harap ada perusahaan lain yang bergerak di bidang pendidikan akan menerimamu!” 

+15 BONUS 

Stefanus langsung terduduk dengan lemas di atas kursi. 

Dia sudah masuk dalam daftar hitam industri pendidikan. 

Dia sudah berumur tiga puluhan tahun. Kalau dia pindah ke industri lain, dia harus 

meniti kariernya dari nol lagi. 

Dia sama sekali tidak menyangka hanya karena memprovokasi seorang bocah 

perempuan berumur satu tahun lebih, kariernya langsung terancam

“Stefanus, kenapa kamu masih bengong di sana? Cepat mohon pengampunan Tuan NôvelDrama.Org exclusive content.

Ardika!” 

Saking paniknya, Rebecca sudah mulai berlinang air mata. Dia buru–buru menarik 

Stefanus yang masih melamun untuk memohon pengampunan Ardika. 

Dia berharap Ardika memaafkan tindakan mereka tadi dan meminta Arini untuk menarik kembali ucapannya. 

“Minggir sana!” 

Ardika sama sekali tidak berencana untuk memaafkan mereka. 

Jangan lihat mereka sekarang sedang berlinang air mata dan menunjukkan 

ekspresi seolah menyesali perbuatan mereka. 

Hari ini, kalau orang lain yang berada di posisinya, biarpun orang tersebut berlutut di hadapan pasangan itu, mereka tetap akan mengeluarkan Livy tanpa ragu untuk menunjukkan kehebatan mereka. 

Saat ini, Heri segera mengambil tindakan sesuai perkembangan situasi saat ini. 

Tadi aku sudah melihat rekaman video kamera pengawasan. Kevin memang 

terpeleset sendiri, tapi dia malah memfitnah Livy. Anak berkepribadian buruk seperti ini, serta orang tua nggak becus seperti kalian ini, kami memutuskan untuk mengeluarkan putra kalian!” kata Heri seolah–olah sedang menegakkan keadilan. 

Namun, Ardika mencibir dan berkata, “Pak Heri, kamu juga dikeluarkan. Aku nggak tenang putri angkatku tetap bersekolah di sini kalau kamu yang menjadi kepala 

sekolah.” 

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah Riani dan berkata, “Arini, 

+16 BONUS 

bagaimana kalau Bu Riani yang menjadi kepala sekolah saja?” 

“Oke, nggak masalah!” 

Arini tidak mungkin berani menolak permintaan Ardika. 

Jangankan menjadikan Riani sebagai kepala sekolah, biarpun Ardika meminta 

wanita itu untuk menggantikan posisinya sebagai presdir perusahaan, dia juga tidak 

akan menolak. 

Riani langsung tercengang. 

Dia baru lulus belum lama, dia merasa dirinya masih kurang berpengalaman untuk 

menduduki posisi kepala sekolah. Namun, dia tetap akan berusaha melakukan yang 

terbaik. 

“Terima kasih, Tuan Ardika. Aku akan menjalankan tugasku sebagai kepala sekolah 

dengan baik dan menjaga setiap murid di sini dengan sepenuh hati.” 

Riani menyampaikan rasa terima kasihnya pada Ardika dengan tulus. 

Ardika melambaikan tangannya dan berkata, “Kamu nggak perlu berterima kasih 

padaku. Kamu sendiri yang telah berusaha keras untuk mendapatkan kesempatan 

ini. Anak–anak seusia ini masih sangat lemah. Mereka membutuhkan seorang guru 

yang baik dan bisa menegakkan keadilan sepertimu untuk menjaga mereka dan 

menjadi contoh yang baik untuk mereka.” 

Beberapa saat kemudian, Ardika berjalan keluar dari sekolah dengan menggendong 

Livy. 

Bocah perempuan itu memeluk leher Ardika dengan erat, lalu bertanya dengan 

heran, “Paman Ardika, tadi Paman bilang aku adalah putri angkat Paman. Sejak 

kapan aku menjadi putri angkat paman?” 

“Aku sudah menjadi putra angkat kakek dan nenekmu, jadi tentu saja kamu adalah 

putri angkatku.” 

Ardika mencubit wajah menggemaskan bocah perempuan itu dengan lembut. “Apa 

kamu tidak bersedia menjadi putri angkatku?” 

“Bersedia! Tentu saja aku bersedia!” 

3/4 

いい 

*15 BONUS 

Livy bertepuk tangan dengan gembira. 

Ardika yang membuatnya tetap bisa bersekolah di taman kanak–kanak. 

Dalam lubuk hati anak perempuan itu, sekarang Ardika adalah sosok pahlawan 

baginya. 

“Kakek, sekarang aku sudah punya ayah angkat. Kelak orang lain nggak akan memanggilku bocah sialan yang nggak punya ayah dan ibu lagi….” 

Melihat ekspresi bahagia cucunya, Robin juga ikut senang dan menyeka air mata di 

sudut matanya. 

Kesedihan menyelimuti hati Ardika. 

Sebenarnya Livy sudah memahami segalanya. 

Melihat Ardika sudah berjalan keluar, Jesika bergegas menghampiri pria itu sambil 

memegang ponselnya. 

“Pak, gawat! Ada masalah!” 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.