Bab 2297
Bab 2297
Bab 2297 Mana yang Lebih Penting
Willy mengatakan ini dengan serius.
“Perang itu kejam. Pihak yang kalah tidak hanya satu orang, tapi juga semua nyawa orang di sekitarnya.”
“Kalau tidak, kamu kira untuk apa Sammy Moore mau berdamai denganmu di saat kritis? Karena dia mengerti alasan ini!”
“Aku tahu kematian Bibi Lauren memberikan pukulan keras padamu, tapi kamu harus mengerti. Di situasi seperti ini, hidup dan mati seseorang tidak begitu penting. Kalau tidak, orang yang mati akan lebih banyak….”
“Maksudmu ….” Dewi akhirnya mengerti, “Meskipun Lorenzo mengorbankan Paman Joshua demi kepentingan umum, semua ini hal yang sepatutnya?”
“Maaf, aku tahu kamu pasti marah kalau kubilang seperti ini, tapi ini adalah fakta.” Willy berkata dengan pelan, “Di saat seperti ini, kamu jangan berbuat apa pun lagi. Pulihkan diri di Swedoland. Tunggu kabar dengan tenang.”
“Aku tahu.”
Dewi tidak tahu harus berkata apa dan hanya bisa menundukkan kepala dengan frustrasi…. Please check at N/ôvel(D)rama.Org.
“Dewi, kali ini dengarkan aku. Jangan gegabah, kalau tidak, pasti akan mencelakai kita semua.” Willy sekali lagi mengingatkannya. “Aku tidak mengganggumu lagi. Selamat malam!”
Dewi menggenggam ponsel. Hatinya sangat bingung….
“Dewi, apa yang Pangeran Willy bilang sepertinya masuk akal.” Brandon membujuknya dengan pelan, “Kamu jangan berpikir banyak lagi. Pulihkan diri dulu.”
“Ya.”
Dewi tidak mengatakan apa pun lagi, hanya mengambil ponsel dan kembali ke kamar.
Saat melewati kamar Bibi Lauren dan Paman Joshua, mengingat sekeluarga yang bahagia dan hangat, hatinya sangat sedih. Jika dia tidak bertemu dengan Lorenzo, jika tidak bersamanya, mungkin ini semua seharusnya tidak akan terjadi.
Bibi Lauren dan Paman Joshua sama sekali tidak akan terjadi masalah….
Lorenzo bersin sampai dua kali. Dia mengelus hidungnya dan curiga mungkin Dewi yang sedang memakinya.
Setelah dipikir lagi, dia bersedia dimarahi jika memarahinya bisa melampiaskan amarahnya.
Dia bersandar di sofa, melihat hujan yang turun sambil merindukan Dewi…..
Tidak tahu peperangan ini kapan akan berakhir.
Lorenzo sangat merindukannya, ingin bertemu dengannya lebih awal….
Waktu berlalu dengan lambat diikuti perasaan rindu terhadap sesama.
Dalam sekejap mata, tujuh hari berlalu.
Tubuh Dewi sudah pulih. Setiap hari, dia melihat ponsel dan menunggu telepon dari Lorenzo. Namun, dia sama sekali tidak menghubungi Dewi.
Willy malah setiap hari meneleponnya untuk menghiburnya. Dia juga menceritakan situasi saat
ini.
Sekarang Lorenzo dan Presiden saling tak mengalah, lihat akhirnya siapa yang tidak bisa
bertahan.
Mengenai berita buruk Istana Presiden masih tetap disebarkan, tapi beberapa hari ini, masalah penembakan Presiden membuat opini publik ada sedikit terhenti.
Ada sebagian orang yang mencari informasi kegiatan amal Presiden sebelumnya dan menyebarkannya di internet. Menyebarkan citranya sebagai orang baik..
Ditambah, foto dirinya yang kena tembakan dan sedang diselamatkan, mengundang banyak simpati.
Bagaimanapun, tembakan Pamana Joshua ini memang memberinya peluang untuk membalik keadaan.
Selain itu, staf bawahan Presiden juga hebat. Sebelumnya Nyonya Presiden mengakui kejahatannya di depan umum. Ditambah lagi Dewi sebagai dokter keturunan Nusantara juga mendapat dukungan yang besar. Kejahatan Nyonya Presiden sudah dipastikan dan tidak bisa diganggu gugat lagi.
Jadi, sekarang para petugas staf itu membeli tentara siber untuk memancing opini publik di internet. Bilangnya apa yang dilakukan Nyonya Presiden adalah perbuatannya sendiri, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Presiden.
Mereka bahkan melemparkan kejahatan menyuap dan kejahatan lainnya ke Nyonya Presiden. Intinya mereka membersihkan nama Presiden. Semua kejahatan dilakukan oleh istrinya, sama sekali tidak ada hubungannya dengannya.
Presiden juga ada mengirim video, dia yang sedang berlinang air mata. Dia berkata beberapa tahun ini hanya sibuk bekerja dan berusaha menjadi Presiden yang baik. Tidak punya waktu menemani istrinya dan putrinya, sehingga membuat istrinya mengambil jalan yang salah dan berbuat begitu banyak kesalahan. Kondisi mental putrinya juga bermasalah….
Dia berkata dengan menyedihkan dan penuh penyesalan.
Di saat yang sama, dia juga memberitahu semua orang. Dia melakukannya demi menjadi seorang
Presiden yang mengabdikan diri demi negara dan rakyatnya. Demi pekerjaannya, dia
mengorbankan keluarganya.