Bab 2252
Bab 2252
Bab 2252 Rencana NôvelDrama.Org: text © owner.
Selanjutnya, semua berjalan sesuai rencana Willy
Keesokan harinya, Juliana langsung mengadakan konferensi pers di Grup Moore.
Dia berkata akan menjelaskan kejadian keracunan ayahnya pada media secara detail, bahkan mengundang Winston dan Cole secara khusus.
Semua orang beranggapan, dia akan menuntut kesalahan Dewi secara terbuka.
Bagaimanapun, berita yang disebarluaskan oleh media besar sebelumnya sangat sepihak, dan sejauh ini tidak ada pihak yang menjelaskan secara resmi. Sekarang Juliana yang adalah keluarga korban akan mengadakan konferensi pers untuk menanggapi kasus ini, tentu saja ini menimbulkan kehebohan!
Satu jam sebelum konferensi pers dimulai, Juliana sengaja mengunggah berita di media sosial dan meminta semua orang menyaksikan siaran langsungnya.
Nyonya Presiden juga sengaja membagikan pesannya ini, karena Nyonya Presiden yang menyuruhnya mengadakan konferensi pers ini secara tidak langsung.
Tindakan membagikan pesan ini juga dipublikasikan oleh media.
Sekarang semua opini publik sudah mengarah ke Dewi, hampir semua orang sedang menantikan bagaimana dia akan dihabisi.
Dewi juga menerima berita ini dari rumah tahanan.
Karena kasusnya belum diputuskan, jadi dia masih belum dipenjara dan hanya dimasukkan ke rumah tahanan dengan satu kamar untuk satu orang. Meski sederhana, ruangan itu tetap bersih dan nyaman.
Hari ini polwan di rumah tahanan itu sengaja membawakan komputer untuknya dan menyuruhnya melihat berita siaran langsung itu.
Dewi tidak peduli saat mengetahui Juliana akan mengadakan konferensi pers, karena mengira Juliana akan menuntut kesalahannya.
Tapi di saat yang sama dia juga khawatir, apa Lorenzo akan bergegas kembali kalau melihat berita ini dan tahu dirinya telah ditangkap?
Kalau begitu, sama saja masuk jebakan.
Saat ini, di Kastel Grup Moore, Bibi Lauren, Willy dan yang lainnya juga sedang menunggu berita siaran langsung.
Saat waktu menunjukkan pukul 2 siang, siaran langsung pun dimulai.
Juliana uaik ke panggung, lalu membungkuk dan mengucapkan terima kasih atas kedatangan wartawan media terlebih dahulu, lalu mengatakan beberapa patah kata untuk mengenang ayahnya, selanjutnya dia mudai menceritakan kejadian hari itu…
Di saat yang sama, di kediaman Presiden, Nyonya Presiden dan Tamara juga menonton berita siaran langsung itu.
Tamara menatap dingin ke arah layar dan bertanya, “Ibu, Juliana si wanita bodoh ini tidak akan bilang Ibu yang meminta mereka untuk bertemu, kan?”
“Tidak akan,” ujar Nyonya Presiden yakin, “Aku sudah mengingatkannya sejak awal untuk tidak mengungkitku, dan mengatakan bahwa Dewi sendiri yang mengajak dia dan ayahnya bertemu.”
“Baguslah kalau begitu,” ujar Tamara tersenyum, “Juliana tidak punya kelebihan lainnya, tapi dia sangat patuh.
“Ya, selama beberapa tahun ini, apa pun yang kita lakukan padanya, dia tidak pernah melawan,” ujar Nyonya Presiden sambil mencibir, “Semalam saat aku menyuruh orang untuk membakar jasad ayahnya, dia bahkan tidak berani bertanya.”
“Hehe, wanita jalang memang begini, harus diberi pelajaran baru bisa patuh.” Tamara sedikit arogan, “Tapi Ibu, kita sudah menangkap Dewi, kenapa masih harus melakukan ini? Memangnya tidak bisa langsung menghabisinya? Kalau dia mati, Kak Lorenzo bisa langsung menikahiku.”
Mata Nyonya Presiden bergerak, tapi dia segera menemukan alasan, lalu berkata menenangkan, “Kamu juga tahu Lorenzo sangat cerdas, kalau tidak mencari kambing hitam, dia pasti akan menyelidikinya setelah kembali. Kalau tahu aku yang melakukan semua ini, dia pasti akan membenciku.”
“Benar juga.” Tamara menganggukkan kepalanya, “Kalau begitu, jadikan Juliana sebagai kambing hitam, dia yang paling cocok.”
“Benar.” Nyonya Presiden mengelus rambut Tamara, “Tamara sayang, Dewi akan segera mati, kamu tenang saja.”
“Hm ….” Tamara menatap layar dan mulai tertawa seperti orang bodoh, “Kalau dia mati, Kak Lorenzo akan menikahiku. Aku masih ingin menikah dengannya, masih ingin melahirkan. banyak anak untuknya… anak?”
Saat mengatakan ini, sorot mata Tamara tiba–tiba berubah….