Chapter 125
Chapter 125
Bab 125
Mendengar ucapan Herman ini, Reva malah tertawa bukannya terkejut.
“Kenji Shim?”
“Ini menarik!”
“Oke, kalau begitu kita tunggu Kenji datang mencari kita!”
Herman tampak bingung, Kenji Shim memiliki reputasi dan kekuasaan yang cukup besar di kota Carson. Apakah Reva sama sekali tidak takut?
“Ngomong-ngomong, mengapa kau bisa menjadi seperti ini?”
“Kemana saja kau beberapa tahun terakhir ini?”
“Dan siapa wanita yang tadi itu?”
Reva bertanya sambil berjalan.
Herman menghela nafas dan menceritakan situasinya kepada Reva.
Pada awalnya Reva putus sekolah karena ada sesuatu yang terjadi dalam keluarganya dan Herman masih melanjutkan sekolahnya selama satu tahun lagi dan mendapatkan diplomanya.
Lalu dia pergi merantau untuk berbisnis dan bertemu dengan wanita tadi yang bernama
Kemudian, saya pergi untuk melakukan bisnis di luar dan bertemu dengan wanita Vey Clarissa.
Saat masih muda mereka tidak berpikir terlalu banyak. Keduanya menikah dan melahirkan seorang putri.
Setahun sebelumnya, putri Herman di diagnosis menderita penyakit jantung bawaan dan dia telah menghabiskan seluruh tabungannya untuk mengobati putrinya. Dan finansial rumah tangga mereka pun langsung merosot.
Vey tidak tahan dengan kemiskinan yang dihadapi keluarganya sehingga dia langsung menceraikan Herman dan mengambil semua harta keluarganya. Lalu meninggalkan putrinya yang sakit kepada Herman
Selama ini Herman hanya bekerja di proyek konstruksi sambil merawat putrinya dengan susah payah.
Tetapi kondisi putrinya semakin lama semakin memburuk.
Dokter telah mengeluarkan informasi bahwa hidup putrinya tidak akan dapat bertahan lebih dari sebulan.
Dan harapan terbesar putrinya itu adalah bisa melihat mamanya sekali lagi.
Jadi akhirnya Herman datang menemui Vey dan memohon kepadanya untuk pulang sebentar dan bertemu dengan putrinya.
Tetapi Herman sama sekali tidak menyangka wanita ini begitu tidak berperasaan.
Setelah bercerai selama setahun, Vey tidak pernah pulang untuk menjenguk putrinya sama sekali.
Dan yang paling keterlaluan adalah saat dia mendengar putrinya sudah sekarang, Vey selalu menghindar dari Herman seolah – olah sedang menghindari wabah penyakit saja.
Akhirnya hari ini Herman melihatnya dan menghadang di depannya. Dia berencana untuk berlutut dan memohon padanya untuk mewujudkan keinginan putrinya itu.
Sambil menceritakan ini semua mata Herman memerah dan bengkak karena menahan air matanya.
Melihat Herman yang begitu mengenaskan mau tidak mau Reva menahan napas.
Kemana perginya pemuda yang dulunya begitu bersemangat ini?
Reva: “Ayo pergi!”
Herman dengan bingung bertanya – tanya, “Mau kemana?”
Reva tersenyum dan berkata: “Pergi melihat keponakan sulungku!”
Sambil berjalan mengikuti Herman akhirnya keduanya sampai di sebuah perkampungan kumuh yang sangat terpencil di pinggiran kota.
Akhirnya Reva melihat putri Herman yang berada di sebuah rumah kecil yang gelap dan bobrok.
Dia adalah gadis kecil yang berusia sekitar tiga atau empat tahun dengan mata yang besar tetapi terlihat lemah dan sangat kurus. Saking kurusnya seperti hanya tinggal kulit yang membungkus tulang saja.
Anak itu berbaring di tempat tidur dengan kondisinya yang sangat menyedihkan. Seluruh rumahnya berbau obat-obatan Cina.
“Papa..” panggil anak itu dengan suara yang lemah dan tampak menyedihkan.
Mata Herman memerah dan dia bergegas menghampirinya untuk memeluk anak itu di pelukannya.
“Yuri, jangan takut, papa ada disini!”
“Lihat, ini paman Reva. Paman datang kesini untuk menjengukmu!”
“Cepat, panggil paman Reva!”
Yuri memandang Reva dengan agak takut dan memanggilnya: “Paman Reva…”
“Anak pintar!” ujar Reva sambil merasakan ngilu di hatinya.
Dia mengulurkan tangannya dan mengusap kepala Yuri dengan lembut.
“Yuri, paman membawakanmu hadiah. Coba kau tebak apa itu?”
Mata Yuri tampak sedikit berbinar dan bertanya: “Apakah permen susu Kelinci Putih?” NôvelDrama.Org: owner of this content.
Herman merasakan nyeri di hatinya. Sejak kecil putrinya paling suka makan permen susu Kelinci Putih, tetapi sayangnya dia benar-benar tak punya uang untuk membelikannya.
Reva: “Meskipun kali ini aku tidak membawakan permen susu Kelinci Putih untukmu tetapi paman berjanji lain kali akan membawakan permen itu sebanyak yang kau mau. Paman akan membelikannya untukmu!”
“Ooh.” Yuri tampak sedikit kecewa dan berbisik, “Paman Reva, kalau.. kalau begitu bolehkan kau memberikannya kepadaku sebelum ulang tahunku?”
“Masih.. masih ada lima hari lagi hari ulang tahunku. Papa berkata, ini mungkin akan menjadi ulang tahunku yang terakhir…”
“Paman Reva, apa yang dimaksud dengan ulang tahun terakhir?”
“Apakah saat orang telah menjadi dewasa tidak akan merayakan ulang tahun lagi?”
“Karena aku juga belum pernah melihat papaku merayakan ulang tahunnya sendiri!”
Herman tak bisa lagi menahan air matanya tetapi dia berusaha sekuat tenaga untuk menahannya. Dia tidak ingin putrinya melihat dia menangis.
Next Chapter