Bad 72
Bad 72
Bab 72
n
Elan kemudian mendorong tangan Helen dan melangkah mundur, untuk menjauhkan diri darinya sambil tetap menatap wajahnya. “Aku tahu itu kalau sekarang aku harus bertanggung jawab setelah aku menemukanmu,”
Sementara itu, Helen tampak seperti anak kucing yang sedang terluka, dengan wajah cemberut saat air mata mengalir dari sudut matanya. “Baiklah, aku percaya padamu, Elan. Kamu adalah orang yang paling aku percayai di dunia ini. Karena itu, yang aku inginkan hanyalah berada di sisimu sepanjang hidupku dan tidak pergi ke mana pun. Aku ingin dilindungi dan merasa dibutuhkan olehmu.”
Elan yang merasa kasihan lalu menepuk bahunya. “Baiklah, berhentilah menangis, oke? Kamu tak akan terlihat cantik dengan wajah yang berlinangan air mata.”
Segera saja, Helen menundukkan kepalanya dengan malu-malu seperti setangkai bunga sambil mengarahkan matanya ke suatu tempat di semak-semak yang cukup jauh, merasa gembira saat menduga bahwa Tasya pasti telah mendengar percakapan mereka. Pada saat yang sama, Elan juga dapat mendeteksi gerakan yang ada di belakangnya dengan pendengarannya yang tajam sambil berteriak, “Siapa di sana? Tunjukkanlah dirimu!”
Meskipun demikian, Tasya memang tak berniat untuk terus bersembunyi, jadi dia muncul dari balik semak semak tanpa rasa takut. Ketika Elan melihatnya, tatapannya dipenuhi dengan berbagai emosi yang rumit karena dia tak bisa tidak penasaran apakah Tasya telah mendengar percakapan antara dia dan Helen.
“Tasya…” seru Helen.
Tasya melengkungkan bibirnya dan tersenyum dengan dingin. “Lanjutkanlah. Anggap saja aku tidak ada di sini karena aku hanya lewat saja.”
“Apa yang sudah Nenek katakan padamu, Tasya?” Helen segera mendekati Tasya, menyebut Hana dengan panggilan Nenek dengan akrab,
“Kenapa aku harus memberitahumu?” Tasya mengangkat alisnya dengan marah.
“Aku hanya bertanya, jadi tolong kamu santai saja,” jawab Helen dengan senyuman yang getir.
“Berhenti berpura-pura tidak bersalah, Helen. Kamu dan aku sama-sama tahu orang seperti apa dirimu itu.” Tasya berharap dia bisa membuka kedok kemunafikan Helen dan mengungkapkan sifat aslinya kepada Elan.
Helen tampaknya telah meninggalkan harga dirinya dan dengan menguraikan air mata ia pun meminta maaf, “Maalkan aku, Tasya. Jika bukan karena aku saat itu, kamu tak akan…”
Wajah Tasya menjadi pucat saat dia nienyela wanita itu dengan murka, ‘Diaml Jangan membuatku jadi semakin membencimu.”
Merasa tercengang. Helen menoleh ke arah Elan untuk meminta pembelaan. Sementara itu, Elan sudah mengetahui insiden apa yang mereka maksudkan itu dan dapat terlihat dari wajah pucat Tasya bahwa wanita itu telah mengalami sebuah mimpi buruk yang tak ingin dia bicarakan lagi.
Tunggu aku di ruang tamu, Helen. Aku ingin berbicara dengan Nona Tasya secara pribadi.” Ucap Elan pada Helen. Original from NôvelDrama.Org.
Terlepas dari keengganannya untuk memberikan kesempatan pada mereka untuk berbicara satu sama lain secara pribadi, Helen tidak berani mengambil risiko untuk melawan Elan dengan cara yang salah, jadi dia
memutuskan untuk mengangguk dengan patuh dan melangkah pergi.
Saat melihat kepergian Helen, Tasya pun ingin mengabaikan Elan setelah dia mendengar apa yang telah dikatakan oleh Helen tentang kencan satu malamnya dengan pria itu. Idih! Bahkan dengan hanya memikirkannya saja sudah sangat menjijikkan. Membayangkan betapa liarnya dia saat berada di atas Helen benar-benar membuatku merasa ingin muntah. Dengan segera, Tasya mulai menyimpulkan bahwa hasrat yang dimiliki Elan telah membuat pria itu jadi lupa diri dan nekat saat ia mengingat betapa bernafsunya Elan yang mencoba untuk bersamanya juga. Aku kira itulah sebabnya kenapa orang mengatakan kalau pria memang tak pernah bersikap dewasa seumur hidup mereka.
“Tasya, Helen sudah memberitahuku apa yang terjadi padamu, tapi karena kejadian itu sudah berlalu, mari kita lupakan saja dan lanjutkan hidupmu.” Elan memperhatikannya sambil berjalan dan menghiburnya.
Tasya menghentikan langkahnya, ia sudah mengetahui apa niat Helen yang sebenarnya. Jauh di dalam hatinya, Tasya mengetahui kalau Helen hanya akan melebih-lebihkan cerita masa lalunya yang suram dan
dihkan daripada yang sebenarnya kepada Elan. Oleh karena itu, dia tak tahan untuk tidak bertanya- tanya apakah pria itu menunjukkan keprihatinannya, tetapi meskipun demikian, dia tak akan menerima rasa simpati dari Elan.
Lagi pula, pria itu, yang telah tidur semalam bersamanya, melakukan banyak kerusakan mental dalam diri Tasya, tetapi untungnya, kehadiran putranya bisa berhasil menyembuhkan traumanya sehingga hampir membuat Tasya melupakan apa yang telah terjadi malam itu pada lima tahun yang lalu. Untuk itu, dia bahkan tidak repot-repot memikirkannya, apalagi untuk mengungkitnya.
“Khawatirkan saja dirimu sendiri, Tuan Muda Elanl” Tasya mendengus.
“Kalau begitu, apa yang bisa aku lakukan untukmu?” Elan mengarahkan pandangannya ke wajah pucat wanita itu, debaran di jantungnya terasa kencang.
“Ya, mulai sekarang, terimatah Helen untuk hidup bersamamu dan juga jauhi aku” Tasya lalu pergi begitu saja setelah dia menyelesaikan kalimatnya.