Bad 1313
Bad 1313
Bab 1313 Keberangkatan
Nando memandangi Qiara. Dia menangkap tekad dalam diri perempuan itu untuk menikah dengannya.
Maggy tidak ingin membela Bianca lagi. Yang dia rasakan saat ini adalah sakit hati. Dia tidak percaya Bianca akan menjadi biang kerok masalah dalam keluarga, dan hatinya bersimpati pada Qiara yang menderita. Perempuan manapun tidak akan tahan terhadap pengkhianatan yang dilakukan oleh saudaranya sendiri. “Bianca, minta maaflah pada Nando dan kakakmu,” Maggy memerintah dengan tegas.
Ah, sial. Saya baru saja membuat kekisruhan. Semuanya berjalan di luar kendali saya. Dia menggigit bibirnya, dan air mata mengalir di pipinya, tetapi tetap saja dia menolak untuk meminta maaf. “Saya tidak melakukan kesalahan apapun. Dia bukan satu–satunya orang yang diperbolehkan mencintai Nando. Saya juga mencintainya.” Upstodatee from Novel(D)ra/m/a.O(r)g
“Tidak semua orang terperangkap pada tipu muslihatmu, Bianca. Pikirmu kamu bisa mencuri semua hal karena sudah berhasil merebut Lathan?” Qiara mencibir sinis. Kehadiran Nando telah membuatnya tenang dan aman.
Nando menatap Qiara. Saat itulah dia memutuskan bahwa dirinya akan menjaga perempuan ini sepanjang hidupnya.
Dirinya tidak akan pernah mengkhianati perempuan ini yang dengan penuh percaya diri berkata pada siapapun bahwa tidak ada yang bisa mencuri kekasihnya dari dirinya.
Namun Bianca berpikir sebaliknya. Dia berujar, “Terlalu dini untuk sampai pada kesimpulan itu, kakak. Dia bisa saja jatuh cinta pada seseorang yang lain, kamu tahu itu.”
Bahkan Maggy sudah tidak sanggup menerima sikap keji itu lagi, dan menampar Bianca. “Cukup!” Maggy membenci pembuat onar dalam rumah seperti Bianca ini.
“Ibu juga begitu?” Bianca menatap ibunya tak percaya sambil meraba pipinya yang lebam.
“Dia adalah kakakmu. Kamu tidak boleh menghancurkan hubungan cintanya, sekalipun kamu adalah anak kami juga.” Maggy tidak akan membiarkan siapapun meruntuhkan hubungan cinta Qiara.
“Baik. Ibu membenci saya? Saya akan pergi. Ibu memang tidak pernah menyukai saya.” Itulah satu– satunya alasan yang bisa dia kemukakan. Hal lain hanya akan membuat segalanya lebih memburuk.
Bianca membenahi barang miliknya dan bergegas pergi. Pasangan suami–istri Shailendra saling memandang. Dengan cemas, mereka turun untuk berbicara dengannya.
Nando menatap Qiara yang tersakiti dan memeluknya erat. Dengan suara serak, dia memohon maaf, “Maafkan, saya tidak menyadari bahwa dialah yang mengirim pesan itu. Saya bermaksud melakukannya untuk kamu.”
“Kamu tidak melakukan kesalahan apapun.” Qiara terlihat bahagia. Nando jatuh masuk perangkap karena cintanya pada Qiara semakin mendalam.
Namun Nando masih beranggapan bahwa ini semua adalah salahnya. “Ini semua salah saya.”
“Bagaimana caranya kamu bisa masuk ke sini?”
“Memanjat dinding.”
“Kamu terluka?” Qiara memeriksa keadaannya.
“Tidak. Jangan khawatir.” Dia menggeleng. Mereka kemudian mendengar seseorang mengendarai kendaraan dan menjauh.
Mungkin Bianca memang sudah pergi, tetapi Qiara hanya memerhatikan keadaan orang tuanya karena perasaan mereka paling tersakiti. “Saya akan melihat keadaan Ayah dan Ibu dulu.” Qiara mengajak Nando turun.
Pasangan Shailendra tengah duduk di sofa. Mereka meminta maaf pada Nando saat melihatnya. “Ini sungguh memalukan. Kamu harus segera menyelesaikannya.”
“Tidak apa. Qiara adalah korban dalam hal ini,” Nando menjawab tenang. Dia tidak keberatan ditipu, tetapi tidak demikian bila saja Qiara tersakiti.
Qiara masih kesal dan marah, tapi saat ini dia mengkhawatirkan orang tuanya. Mereka tentu sangat kecewa pada Bianca. “Biarkan dia pergi. Dia memerlukan waktu untuk menenangkan diri. Abaikan saja dia untuk sementara waktu. Juga, saya akan tinggal bersama Nando untuk sementara waktu.”
Ayah dan ibunya, juga Nando terkejut. Nando tentu saja merasa senang, tetapi harus tetap tampil tenang di hadapan orang tua Qiara. “Menurut saya, kamu harus membicarakan hal itu dulu dengan Ayah dan Ibu sebelum membuat keputusan.”