Bab 1331
Bab 1331
Bab 1331 Penggemar Berat
“Ya Tuhan. Tadi kamu memeluknya. Seperti apa aromanya?” Dengan riang Larisa menarik temannya dari kerumunan. Penggemar yang heboh juga telah meninggalkan tempat itu. All text © NôvelD(r)a'ma.Org.
Jelita membawa Larisa ke tempat sepi sambil menggenggam kalung. “Tidak sengaja kalung ini tersangkut pada saya. Saya tidak tahu harus berbuat apa dengan benda ini.”
“Wah. Bagaimana bisa?”
“Saya tidak tahu. Saya tidak ingin dia berpikir saya mencurinya. Saya tidak bermaksud seperti itu.” Dia mengamati pengait kalung itu dan terkejut mengetahui kalau kaitannya longgar. Pantas saja dia tidak merasa apa–apa saat saya menariknya.
“Baiklah, tenang dulu. Kita tunggu dia yang menghampiri kita. Mungkin kita bisa bertemu dia secara pribadi,” ujar Larisa
Jelita menghela napas. Dia merasa dilema. Tidak pernah sepanjang hidupnya dia mencuri, tetapi sekarang di tangannya ada kalung milik orang lain.
Julian baru saja masuk ke kamar. Bekerja tak henti selama berhari–hari membuatnya kelelahan. Dia memutuskan untuk mandi dan kemudian tidur. Julian kemudian menanggalkan pakaiannya, memperlihatkan tubuhnya yang bugar sempurna. Dia terlihat pantas memakai kemeja apa saja. Dia memiliki tubuh sempurna.
Namun, Tuan Bertubuh Atletis itu merasa ada sesuatu yang hilang. Dia menyentuh lehernya dan menyadari kalung hadiah itu telah hilang. Ibunya memberi kalung itu padanya sebelum meninggal dunia, dan itu adalah barang berharga baginya. Dan kini dia hilang? Dia ingat penggemar yang tadi memeluknya. Mungkinkah dia orangnya?
Amarah memenuhi bola matanya, dan segera menelepon asistennya. “Kalung saya hilang. Tolong kamu periksa penggemar yang tadi memeluk saya.”
“Kalung yang diberikan ibumu?”
“Iya.” Julian jarang marah, tetapi sekarang dia sangat murka. Penggemar itu sudah mencuri kalungnya. Ini merupakan pelanggaran ranah privasi, dan terlebih lagi, kalung itu pemberian ibunya. Dia tidak akan pernah membiarkan siapapun menyentuhnya.
Kembali ke hotel, Jelita menghadapi dilema. Bagaimana saya mengembalikan kalung ini kepadanya? Haruskah saya menunggu sampai dia menelepon polisi?Memalukan sekali. Seharusnya saya mengembalikan langsung saja kepadanya. Saya tidak bermaksud mengambilnya. Saya hanya bergerak secara refleks saat para pengawal menarik saya. Apa yang harus saya lakukan? Jelita kemudian memejamkan mata. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Panti asuhan membutuhkan uang saya. Donatur tidak cukup menyokong hidup mereka semua. Nyonya Yani semakin tua. Saya tidak mau kehilangan pekerjaan ini. Saya menghasilkan uang paling banyak dibandingkan teman lain dalam kelompok. Mereka bangga terhadap saya, dan saya tidak mungkin mengecewakannya. Dia berkedip dan memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berisiko. Besok pagi saya akan menunggunya di hotel dan mengembalikan langsung kalung ini sekaligus meminta maaf kepadanya.
Malam itu Jelita tidak bisa tidur. Dia bangun pukul enam tiga puluh dan pergi hanya dengan membawa tas ranselnya.
Hotel Wisata merupakan hotel bintang lima terbaik di kota ini. Banyak aktor menginap di hotel ini selama bekerja. Jelita hanya ingin mencoba peruntungannya dan melihat apakah Julian keluar pagi– pagi begini. Tidak lama sesampainya di sana, Jelita melihat beberapa penggemar sedang mengintai hotel itu. Astaga, saya benar–benar terkesan. Lebih baik saya tidur daripada bertemu laki–laki ini, tetapi ini sesuatu yang harus saya
lakukan.
Begitu Jelita mendapat tempat untuk berdiri, seseorang mendampratnya, “Hei, ini perempuan bodoh yang memeluk Julian tadi malam.”
“Iya. Dasar perempuan sialan. Seharusnya dia berkaca. Saya tidak percaya dia telah menodai Julian.”