Ruang Untukmu

Bab 107



Bab 107

Bab 107

Senyum Tasya menegang selama beberapa detik sebelum dia terbatuk ringan. “Tentu saja aku tahu itu.”

“Omong-omong, kamu tidak boleh mempercayai pria lain selain aku.” Nando tergoda untuk menyebut nama Elan secara tidak langsung.

“Aku mengerti.” Tasya mengangguk. Saat itu, Jodi secara tidak sengaja menabrak tasnya di sofa, dan isi tasnya tumpah berjatuhan. Di antara barang-barang itu adalah kuncinya, lipstiknya, dan kartu undangan.

Mata tajam Nando segera melihat undangan itu dan dia mengambilnya. “Apa kamu menerima undangan dari nenekku juga? Nenekku yang mengadakan makan malam amal ini.”

“Oh ya.” Tasya menekan bibirnya menjadi senyuman. Dia tidak ingin mengatakan bahwa ibunya pernah menyelamatkan Elan. Nando sangat gembira mendengar hal ini dan segera mengingatkan Tasya. “Kamu harus datang! Aku akan ke sana juga, dan aku bisa mengenalkanmu pada ayah dan ibuku.”

“Oke!” Tasya mengangguk sambil berpikir. Dia sudah memberi tahu Hana bahwa dia akan datang ke acara itu, jadi dia harus menghadiri makan malam. “Oh, omong-omong, aku akan menyiapkan gaun malam untukmu,” Nando menawarkan.

“Tidak perlu.” Tasya segera menolaknya. Tapi Nando tidak mau ditolak, jadi dia terus memaksakan keinginannya. “Akan kutunjukkan betapa bagusnya seleraku! Percayalah. Aku akan pergi sekarang” Tasya mengantarnya ke lift. “Hati-hati di jalan,” kata Tasya.

Nando berbalik untuk memberinya pengingat keras lainnya. “Berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan mengajak pria lain ke rumahmu, oke, Tasya?” Demi meyakinkannya, Tasya memberinya anggukan tegas. “Oke, oke. Aku tahu kamu peduli padaku. Aku akan memperhatikan apa yang kamu katakan.”

Begitu Nando masuk ke lift, Tasya menghela napas lega sebelum kembali ke rumah untuk memandikan Jodi. Dia membaca buku bersama bocah itu sebelum dia sendiri pergi mandi. Ketika Tasya keluar dari kamar mandi, dia mendengar ponselnya berdering, dan dia bergegas dan melihat nama Elan pada layar ponselnya.

“Halo?” Tasya mengangkat panggilan itu.

“Apa kamu di rumah?” Suara pria itu dalam dan berat, yang membuat telinga Tasya tergelitik. Dia tahu bahwa dia bersalah karena mengingkar janji, tetapi dia tidak punya banyak pilihan. Bukan salahku kalau Nando muncul tiba-tiba, ‘kan?

“Sudah hampir jam 10 malam. Tentu saja aku di fumah,” jawab Tasya.

“Apa yang terjadi antara kamu dan Nando?” Suara pria itu terdengar agak tidak senang saat dia menanyai Tasya. “Kami lebih dari teman baik,” jawab Tasya.

“Aku bilang jangan mempermainkan perasaannya. Jika kamu tidak ingin menikah dengannya, jangan memberinya harapan.” Pria itu memberinya peringatan keras.

Tasya merasa Elan terlalu ikut campur, jadi dia memutar matanya. “Apa yang salah dengan kami berteman? Terlebih lagi, kamu tidak dalam posisi untuk memperingatkanku tentang hubunganku dengan Nando. Apa yang akan kamu lakukan jika aku jatuh cinta padanya dan memutuskan untuk menikah dengannya?”

“Apa perlu aku memberitahunya tentang bagaimana kamu menciumku dengan paksa dua kali?” Suara pria itu tiba-tiba terdengar sangat menyeramkan. Tasya terkejut dengan kata-katanya, dan dia segera berseru, “Jangan bicara omong kosong, Elan!”

“Apa? Apa dia tahu bagaimana batas-batasnya di antara kita tidak jelas?” tanya Elan..

“Tidak ada batas yang tidak jelas di antara kita. Satu hal yang jelas antara kamu dan aku – tidak ada yang terjadi di antara kita sama sekali,” jawab Tasya dengan tatapan tegas di matanya.

“Kamu berútang makan malam padaku. Kamu harus menebus ini di masa depan.” Pria itu mendengus sebelum mengakhiri panggilan. Tasya memegang ponselnya dan mengertakkan giginya dengan marah. Bagaimana bisa ada pria yang menyebalkan seperti dia? Dia benar-benar ikut campur dalam semua aspek kehidupanku. Content © provided by NôvelDrama.Org.

Tasya berbaring di tempat tidurnya untuk sementara waktu, tetapi dia sepertinya tidak bisa tertidur karena dia tahu bahwa hadiahnya akan diumumkan keesokan harinya. Selanjutnya, akan ada upacara penghargaan pada pukul 15:00. Jika dia memenangkan hadiah, dia tidak hanya akan mendapatkan piala; dia juga akan memenangkan hadiah uang tunai sebesar 2 miliar. Tasya membutuhkan uang, jadi dia tentu berharap menjadi pemenang yang beruntung. Pikiran ini membuatnya susah tidur.

Sementara itu, Helen juga tidak bisa tidur di vila mewahnya. Sejak dia menggunakan identitas palsu sebagai Tasya, dia telah menikmati hidupnya sebagai gadis kaya. Namun, dia masih merasa hampa hanya dengan kesenangan materialistis – dia tidak memiliki hubungan yang diinginkannya. Dia sangat ingin hubungannya dengan Elan berkembang. Idealnya, dia bisa berhubungan fisik dengan pria itu.

Next Chapter


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.