Menantu Pahlawan Negara

Bab 561



Bab 561 Kematian Delvin

“Asosiasi Dagang Polam mengira bisa mendorong Grup Bintang Darma ke jalan buntu hanya dengan sebuah perintah blokade? Sungguh konyol dan kekanak–kanakan!”

“Jangan melakukan pemasaran dengan menggerakkan puluhan perusahaan media sekaligus, hanya

dengan adanya iklan di TikTok saja, kita nggak perlu mengkhawatirkan pemasaran produk kita lagi!”

Keputusasaan yang menyelimuti hati mereka karena perintah blokade Asosiasi Dagang Polam langsung

menghilang tanpa meninggalkan jejak.

Para petinggi perusahaan menjadi bersemangat kembali.

“Hmm, bubarlah.” Text © 2024 NôvelDrama.Org.

Melihat langit sudah gelap, Ardika melambaikan tangannya dan membubarkan rapat.

“Pak Ardika, masih ada satu hal yang ingin aku diskusikan denganmu.‘

Elsy berkata, “Saat ini, masih ada banyak kekurangan dalam penelitian, perkembangan dan produksi

produk–obatan–obatan perusahaan. Jadi, aku pikir setelah hari peringatan kematian Delvin berlalu, lusa

aku akan berangkat dinas ke Wilayah Selatan.”

“Aku ingin merekrut orang–orang berbaka

dalam industri ini secara pribadi untuk memperkuat kekuatan

perusahaan dalam penelitian dan perkembangan obat–obatan.”

Karena dampak yang ditimbulkan oleh Fiona, sebelumnya Grup Bintang Darma sudah mengirimkan

undangan kepada tim profesional sekaligus terkenal dalam negeri, bahkan menawarkan gaji yang sangat tinggi, tetapi semua undangan yang mereka kirimkan ditolak.

Wilayah Selatan adalah tempat di mana Delvin merintis kariernya dulu.

Mereka masih memiliki sedikit relasi di sana.

“Bukankah tim penelitian Grup Bintang Darma sangat kuat? Bahkan tiga keluarga besar saja mengincar

tim penelitian kalian,” tanya Ardika.

“Dulu Grup Bintang Darma memiliki sebuah laboratorium, penanggung jawab teknisnya adalah Lucien

Lukito.”

Elsy berkata dengan tidak berdaya, “Tapi, Lucien dan beberapa anggota timnya yang telah mengkhianati Delvin. Mereka membocorkan teknologi hak paten Grup Bintang Darma yang dikembangkan dengan mengeluarkan dana dalam jumlah besar kepada tiga keluarga besar.”

“Selain itu, ada di antara mereka yang bergabung dan bekerja untuk tiga keluarga besar.”

Lucien dan yang lainnya adalah orang–orang berbakat yang direkrut oleh Delvin di Wilayah Selatan.

Delvin memperlakukan orang–orang itu seperti saudaranya sendiri, tetapi saat dia mengalami momen paling sulit dalam hidupnya, mereka malah mengkhianatinya.

“Aku akan membereskan orang–orang ini satu per satu di hari peringatan kematian Delvin!”

Setelah melontarkan beberapa patah kata itu dengan dingin, Ardika menganggukkan kepalanya dan berkata, “Saat itu tiba, aku akan mengirim orang untuk menemanimu ke Wilayah Selatan dan merekrut

orang.”

Sebelum Ardika sempat menyelesaikan kalimatnya, dia sudah menerima sebuah pesan dari Jesika.

“Pak Ardika, Yoga sudah menemukan sepenggal video Delvin sebelum melompat dari gedung dan sudah

dikirimkan ke ponselmu.”

Yoga benar–benar profesional dalam menjalankan tugasnya.

Semalam Ardika baru memerintahkan hal itu padanya, tetapi dalam kurun waktu kurang dari empat

puluh empat jam saja, pria itu sudah menemukan video dua tahun yang lalu.

“Elsy, ayo kita lihat videonya bersama–sama.”

Ardika memanggil Elsy yang sudah hendak pergi, lalu memutar video tersebut.

Latar video tersebut adalah area terbuka lantai paling atas sebuah gedung.

Ada panggangan untuk memanggang makanan tertata rapi di sana.

Selain itu, juga ada kue–kue dan anggur yang tertata rapi di atas sebuah meja panjang.

Seharusnya sedang diadakan acara perjamuan minum di tempat terbuka.

Di antaranya, ada Delvin yang duduk di kursi roda.

Orang–orang yang berada di tempat itu cukup banyak.

Kalau dilihat dari penampilan mereka, mereka adalah masyarakat kalangan atas.

Ada beberapa orang pria dan wanita yang berdiri di belakang Delvin.

Di antaranya, seorang pria berkacamata tampak menempatkan tangannya di kursi roda Delvin.

“Orang yang berkacamata itu adalah Lucien penanggung jawab teknis, sedangkan sisanya adalah Aditia Husman, Kerry Sutono dan Gisel Siombing. Mereka semua adalah teknisi berbakat yang direkrut secara

pribadi oleh Delvin.”

Elsy memberi tahu Ardika identitas mereka.

Handi tampak berdiri di depan Delvin.

Sambil merangkul Fiona, mereka berdua tampak mengucapkan sesuatu kepada Delvin dengan arogan.

Dari waktu ke waktu, mereka tampak tertawa dingin dan memasang ekspresi ganas, seolah–olah sedang

mengancam Delvin.

Sementara itu, makin lama, ekspresi marah makin tampak jelas di wajah Delvin.

Tiba–tiba, Lucien berlutut di hadapan Handi dan bersujud tanpa henti..

Karena video itu tak bersuara, Ardika dan Elsy tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh pria itu, tetapi terlihat jelas dari ekspresinya dia sedang memohon pengampunan.

Hati Handi sama sekali tidak tergerak, dia bahkan memerintahkan seseorang untuk mematahkan kaki

Lucien dengan tongkat.

Kemudian, dia menunjuk Aditia dan yang lainnya, lalu mulai mengancam mereka. Saking ketakutannya, beberapa orang itu langsung berlutut memohon pengampunan.

Seolah–olah tidak tahan melihat pemandangan itu lebih lama lagi, Delvin pun mendorong kursi rodanya ke pinggir area terbuka itu, lalu melompat turun dari gedung!

Lucien yang tergeletak di tanah karena kakinya patah segera merangkak dengan menggerakkan tangan dan kakinya secara bersamaan menuju ke pinggir area terbuka itu dan memandang ke arah bawah

gedung.

Kemudian, Handi memerintahkan orang untuk menarik Lucien. Pria itu tampak menangis dengan keras.

Sementara itu, gerak–gerik Aditia dan yang lainnya tampak sangat aneh. Saat Delvin melompat turun dari gedung, mereka hanya berdiri di tempat dengan ekspresi acuh tak acuh.

Setelah Handi mengucapkan beberapa patah kata kepada mereka, beberapa orang itu tampak

bersemangat.

Video berakhir sampai di sini.

Ardika berkata kepada Elsy, “Elsy, kamu sudah salah paham pada Lucien.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.