Menantu Pahlawan Negara

Bab 559



Bab 559 Perintah untuk Blokade

Melalui panggilan telepon Itu, Handi memberi tahu penanggung jawab Asosiasi Dagang Polam bahwa dalang di balik kejadian adanya orang yang menyebut–nyebut dirinya sebagai Dewa Perang dan sangat menggemparkan itu adalah Grup Bintang Darmal

Setelah mendengar hal tersebut menyangkut Dewa Perang, Asosiasi Dagang Polam langsung memberi tanggapan serius.

Tak lama kemudian, sebuah perintah blokade atas nama Asosiasi Dagang Polam dikeluarkan.

Asosiasi Dagang Polam melarang seluruh distributor obat–obatan Provinsi Denpapan untuk menjual produk obat–obatan yang diproduksi oleh Grup Bintang Darma!

Bagi siapa pun yang berani membantah perintah ini, maka akan mendapatkan pukulan keras dari

Asosiasi Dagang Polam!

“Grup Bintang Darma membeli pabrik dan bersiap untuk melakukan produksi, bukan? Aku langsung mendorong mereka ke jalan buntu! Aku mau lihat bagaimana mereka bisa menjual produk mereka!”

Setelah mendengar informasi tersebut, Handi menyunggingkan seulas senyum bangga.

Tak butuh waktu lama, dampak perintah blokade yang dikeluarkan oleh Asosiasi Dagang Polam

langsung menunjukkan hasilnya.

“Pak Ardika, Bu Elsy, barusan Yarim Sunbono selaku manajer umum Perusahaan Farmasi Rikolo Cabang Denpapan menghubungiku dan mengatakan bahwa janji besok dibatalkan.”

Saat Ardika dan Elsy baru saja kembali ke Grup Bintang Darma dari pabrik, Airin selaku asisten presdir

segera datang memberikan laporan.

Perusahaan Farmasi Rikolo adalah distributor obat–obatan yang menempati peringkat lima dalam

industri obat–obatan dalam negeri.

Walaupun obat–obatan Grup Bintang Darma belum mulai diproduksi, tetapi mereka sudah mulai

menghubungi para distributor obat–obatan.

Setelah menyelesaikan masalah pemasaran, mereka baru bisa memastikan jumlah obat–obatan yang

harus mereka produksi.

Awalnya Elsy sudah membuat janji dengan Yarim dan akan pergi ke ibu kota provinsi untuk

membicarakan tentang kerja sama kedua perusahaan.

Namun, sekarang Yarim malah tiba–tiba menghubungi mereka dan mengatakan membatalkan janji!

Tepat pada saat ini, satu per satu kabar buruk menerpa mereka.

Farmasi Bestari, Farmasi Haon dan farmasi–farmasi luar provinsi lainnya yang sudah sepakat untuk menjadi distributor obat–obatan mereka menghubungi Grup Bintang Darma untuk membatalkan

kesepakatan.

Mereka merobek kontrak secara sepihak dan menolak untuk mendistribusikan obat–obatan yang diproduksi oleh Grup Bintang Darma!

Ibarat tersambar petir di siang bolong, satu per satu distributor membatalkan kerja sama dengan Grup Bintang Darma di saat seperti ini..

Ekspresi Elsy langsung berubah menjadi pucat.

“Pasti sudah terjadi masalah besar!”

Dia menarik napas dalam–dalam dan berkata dengan tenang, “Airin, cepat beri tahu para petinggi perusahaan untuk mengadakan rapat darurat!”

Tak lama kemudian, rapat darurat pun diadakan.

Setelah menyelidiki masalah ini selama beberapa saat, akhirnya mereka memperoleh informasi bahwa Asosiasi Dagang Polam telah mengeluarkan perintah blokade.

“Asosiasi Dagang Polam sangat mendominasi dunia bisnis Provinsi Denpapan. Begitu ia mengeluarkan perintah blokade, nggak ada seorang pun yang berani mendistribusikan obat–obatan baru yang diproduksi oleh perusahaan kita lagi!”

“Sebelumnya kita mengatakan ingin merebut pasar tiga keluarga besar, tapi sebelum kita mulai saja,

semuanya sudah berakhir!”

“Sudah hancur! Bisnis perusahaan kita sudah hancur!”

Dalam sekejap, keputusasaan menyelimuti ruangan rapat yang besar itu.

Seakan–akan sudah tidak ada tenaga lagi, para petinggi perusahaan duduk di kursi masing–masing

dengan lemas.

Pengaruh Asosiasi Dagang Polam terhadap dunia bisnis Provinsi Denpapan terlalu besar.

Dengan adanya perintah blokade ini, obat–obatan baru yang diproduksi oleh Grup Bintang Darma tidak bisa didistribusikan lagi.

Grup Bintang Darma benar–benar menemui jalan buntu!

“Tiga keluarga besar adalah anggota Asosiasi Dagang Polam. Dalang di balik kejadian ini pasti mereka.”

Pada saat bersamaan, Elsy merasa sangat marah sekaligus tidak berdaya.

Begitu mengambil tindakan, tiga keluarga besar langsung mendorong Grup Bintang Darma ke jalan

buntu.

Saking besarnya pukulan ini, Grup Bintang Darma bahkan tidak punya kesempatan untuk meronta.

Tepat pada saat ini, Ardika yang dari tadi hanya diam saja tiba–tiba angkat bicara. “Memangnya sebuah perintah blokade saja bisa memengaruhi kita? Produksi tetap dijalankan sesuai jadwal, nggak perlu

memedulikan mereka.”

“Pak Ardika, mungkin Bapak måsih belum mengetahui kekuatan Asosiasi Dagang Polam. Dulu, perusahaan yang diblokade oleh Asosiasi Dagang Polam hanya bisa bertahan dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.”

“Asosiasi Dagang Polam adalah penguasa dunia bisnis Provinsi Denpapan!”

“Bahkan distributor besar seperti Perusahaan Farmasi Rikolo juga nggak akan berani menyinggung

Asosiasi Dagang Polam hanya demi Grup Bintang Darma.”

Para petinggi beranggapan bahwa Ardika baru keluar dari rumah sakit jiwa beberapa waktu yang lalu, jadi Ardika masih tidak mengetahui betapa menakutkannya Asosiasi Dagang Polam.

“Pengaruh Asosiasi Dagang Polam hanya terbatas pada Provinsi Denpapan dan beberapa provinsi lain Text property © Nôvel(D)ra/ma.Org.

di sekitarnya.” (7)

Ardika berkata dengan acuh tak acuh, “Sedangkan obat–obatan baru perusahaan kita dipasarkan di

seluruh negeri ini.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.