Menantu Pahlawan Negara

Bab 532



Bab 532 Petani dan Ular

Terlepas dari seberapa kesal dirinya sekarang, Fiona sama sekali tidak berani menunjukkannya di

hadapan Ardika dan Futari.

Dia tidak bisa menyinggung orang seperti Ardika yang bisa melemparkan uang kepada orang lain,

seakan–akan uang hanyalah secarik kertas baginya.

Terlebih lagi, pria itu tidak sesederhana kelihatannya. Dia tidak hanya memiliki uang yang berlimpah

saja.

Sonya sudah memberitahunya bahwa orang yang bisa memasuki Hall Raja ini memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan Draco yang merupakan seorang komandan tim tempur Kota Banyuli!

Orang seperti itu benar–benar sangat berkuasa!

Jadi, Fiona hanya bisa berdiri di sana dengan patuh seperti seorang anak sekolah dasar, bahkan

bernapas pun dia sangat berhati–hati.

“Fiona, selain karena adik sepupuku ingin bertemu secara langsung denganmu, hari ini aku datang

menemuimu karena ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu sejelas–jelasnya.”

Dalam suasana yang sangat tegang, Ardika melontarkan beberapa patah kata itu dengan dingin.

Sekujur tubuh Fiona langsung gemetaran. “Tuan Ardika, silakan tanyakan saja.”

“Apa Delvin, sahabatku, benar–benar sudah melakukan pelecehan terhadapmu?”

Begitu mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Ardika, sekujur tubuh Fiona langsung bergetar dengan kencang. Dia langsung mendongak dan menatap Ardika dengan tatapan terkejut.

Ardika adalah sahabat Delvin?!

“Tuan Ardika, aku … aku ….”

Sorot mata ketakutan tampak jelas di mata Fiona.

Kakinya langsung terasa lemas, sampai–sampai dia berlutut di tempat.

Bagaikan sebuah perahu kecil yang diterpa oleh badai, tubuh wanita itu gemetaran tanpa henti.

“Berbicaralah dalam posisi berdiri,” kata Ardika dengan acuh tak acuh.

Fiona bangkit dari lantai dengan sangat hati–hati.

Ardika berkata, “Aku hanya ingin mencari tahu kebenaran darimu. Sebenarnya Delvin telah melakukan

pelecehan padamu atau nggak?”

“Nggak, nggak! Dia nggak melakukan pelecehan terhadapku!”

Fiona mengulurkan tangannya untuk menggenggam sandaran kursi di sampingnya untuk menopang

dirinya agar tidak terjatuh lemas dalam posisi berlutut lagi.

Ardika menatapnya dengan dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Dia sedang menunggu Fiona berinisiatif menceritakan semuanya padanya.

“Maafkan aku, Tuan Ardika. Aku bersalah. Tiga keluarga besar yang mendesakku untuk melakukannya!”

“Saat itu, Kak Delvin baru mengalami kecelakaan mobil dan keluar dari rumah sakit. Dia hanya bisa duduk di kursi roda. Ditambah lagi, saat itu Grup Bintang Darma sedang mengalami tekanan yang besar

dari luar. Jadi, suasana hati Kak Delvin agak buruk.”

“Mereka memintaku untuk mencari alasan mengobrol berdua dengan Kak Delvin, membuat Kak Delvin mabuk, lalu membuat rekaman video palsu dengan adegan aku mendorong Kak Delvin dari tubuhku, agar terlihat seakan–akan dia melecehkanku.”

“Tapi, kenyataannya adalah saat itu Kak Delvin berpikiran sangat positif. Rumor–rumor di luar sana sama sekali nggak memengaruhinya, dia juga nggak meminum banyak alkohol, bahkan dia yang berinisiatif untuk mendorongku.”

“Dia hanya menganggapku sudah minum terlalu banyak dan menegurku. Dia juga mengatakan bahwa dia hanya menganggapku sebagai adiknya.”

“Setelah kejadian itu, dua hari kemudian, Kak Elsy merekomendasikanku ke sebuah perusahaan media di Wilayah Selatan. Mereka berdua benar–benar orang yang sangat baik.”

Sambil meneteskan air mata, Fiona menceritakan kebenaran di balik tuduhan pelecehan yang menyeret nama Delvin kepada Ardika.

Ardika berkata dengan dingin, “Jadi, kamu memanfaatkan kebaikan mereka demi keuntunganmu sendiri. Kamu menyebarkan rumor dan menyebarluaskannya di internet. Sejak saat itu, perjalanan

kariermu berjalan dengan sangat mulus.”

“Nggak hanya itu saja, beberapa hari menjelang hari peringatan kematian Delvin, kamu yang sudah nggak pernah kembali ke Kota Banyuli selama dua tahun penuh, tiba–tiba kembali dan akan mengadakan konser bertepatan di hari peringatan kematiannya.”

Tiba–tiba, Ardika bangkit dari sofa dan menatap Fiona dengan dingin. “Kamu benar–benar memerankan

cerita ‘Petani dan Ular‘ dengan sangat sempurnal”

“Maafkan aku, Tuan Ardika! Aku bersalah, aku benar–benar sudah menyadari kesalahanku!” Published by Nôv'elD/rama.Org.

Fiona kembali berlutut di lantai dan meminta maaf sambil berlinang air mata.

“Seharusnya kamu meminta maaf pada Delvin, bukan aku.”

Ardika berkata dengan dingin, “Konsermu yang akan diadakan tiga hari lagi akan dibatalkan. Saat itu

tiba, kamu pakai pakaian duka, berlutut di depan makam Delvin dan meminta maaf padanya secara

pribadi.”

“Selain itu, kamu harus menyampaikan permintaan maaf kepada Grup Bintang Darma secara terbuka untuk membersihkan nama sahabatku.”

Sebelumnya, saat diwawancarai oleh awak media, Fiona secara terang–terangan dan tanpa rasa bersalah sedikit pun mengatakan bahwa Grup Bintang Darma berutang kata maaf padanya.

Kalau begitu, tentu saja Ardika harus membalasnya dengan cara yang sama.

Mendengar ucapan Ardika, tubuh Fiona yang sedang berlutut di lantai bergetar dengan kencang.

Begitu dia menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, maka kebenaran akan terungkap.

Saat itu tiba, jangankan tetap menjadi seorang artis, dia bahkan akan menjadi target makian dan cemoohan semua orang!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.