Bab 26
Bab 26 Bertemu Jenny Lagi
Juna buru–buru mengelap keringat dinginnya.
Dia tidak seharusnya bersikap terburu–buru.
Ke depannya, setelah Ardika tinggal di Vila Cakrawala, Juna masih punya banyak kesempatan untuk mendekatinya.
“Baik, baik. Saya akan segera menyiapkan kontrak jual beli.”
Melihat Ardika mengangguk, Juna pun pergi dengan lega.
“Aku pergi ke toilet dulu,” ucap Ardika kepada Jesika sebelum berjalan pergi.
Jesika tentu saja tidak mengikutinya.
“Oh, bukankah ini Ardika yang berpura–pura menjadi direktur utama? Kenapa datang ke Toko
Perabot Ultima?”
Ketika Ardika ingin masuk ke dalam toilet, suara wanita yang sinis pun terdengar.
Jenny berjalan ke hadapan Ardika dengan sepatu hak tinggi serta menunjukkan ekspresi hina.
Ardika tidak memiliki kesan baik dengan wanita ini. Awalnya, dia tidak ingin memedulikannya,
tetapi melihat Jenny yang ingin menghalanginya, Ardika pun tersenyum dan berkata, “Aku
datang bertemu dengan Juna untuk memilih perabot rumah, ada apa?”
Jenny menunjukkan ekspresi hina. Beraninya seorang pecundang seperti Ardika pamer di
depannya?
Jenny tentu saja tahu Juna adalah manajer umum Grup Bumantara. Hari ini, dia datang untuk
wawancara posisi sekretaris manajer umum Grup Bumantara.
Juna bilang kalau dia harus menemani satu orang penting di Toko Perabot Ultima, sehingga
menyuruh Jenny datang ke tempat ini.
Jenny pun tersenyum sinis.
Toko Perabot Ultima hanya menjual perabot kelas atas. Semua perabot dirancang untuk vila
mahal, harganya juga mencapai puluhan miliar. 1
“Ardika, kamu lucu juga. Kamu datang membeli perabot dengan Pak Dennis? Memangnya orang
miskin sepertimu sanggup membelinya?”
Jenny menyilangkan tangannya di dada, lalu berkata sambil tersenyum, “Ardika, kamu pasti datang mencari pekerjaan, ‘kan? Betul juga, seorang pecundang sepertimu nggak punya apa–apa lagi setelah menghabiskan utang budi direktur utama Grup Angkasa Sura. Kamu hanya bisa
+15 BONUS
menjadi seorang satpam ”
Ardika melirik dokumen CV yang dipegang oleh Jenny, kemudian tersenyum dan berkata,
Bukankah kamu juga datang mencari pekerjaan? Sebagai seorang karyawan, kamu malah
merendahkan karyawan lain?”
“Huh! Aku adalah sekretaris manajer umum, tentu saja lebih tinggi jabatannya dari seorang
satpam sepertimu.
ww
Jenny berkata dengan sombong, “Oh ya, kalau kamu jadi satpam di tempat ini, jangan bilang
kamu kenal denganku. Aku nggak akrab denganmu.”
Ardika malas berdebat dengan wanita ini. Dia pun melambaikan tangannya dan berkata, “Cukup, kamu boleh pergi. Jangan menggangguku.”
Jenny berkata dengan kesal, “Beraninya kamu menyuruhku pergi? Lihat saja, aku bisa
mengusirmu sekarang dan membuatmu kehilangan pekerjaan satpam. Biar kamu kelaparan
sampai mati.” 1
Jenny langsung berteriak, “Satpam! Satpam!”
Dua orang satpam pun berlari mendekat.
Jenny menunjuk Ardika dan berkata dengan marah, “Aku adalah sekretaris Pak Juna, cepat usir
orang ini.”
Dennis yang merupakan bos toko perabot adalah adik sepupu Juna.
Jadi, Jenny pun menganggap tempat ini sebagai daerah kekuasaannya.
Kedua orang satpam itu melihat Ardika dengan ragu.
Tadinya, mereka melihat Juna dan Dennis menemani Ardika di toko perabot ini.
Lalu, Jenny juga adalah sekretaris manajer umum yang baru.
Ketika mereka sedang ragu, Jesika yang mendengar kehebohan pun datang. Juna dan Dennis
juga berlari kemari.
Juna tidak memperhatikan yang lain, dia segera berlari ke depan Ardika, lalu berkata, “Pak
Ardika, ini adalah kontrak jual belinya. Setelah ditanda tangan, kontraknya akan efektif. Satu set
perabot itu akan menjadi milik Anda.”
“Pak Ardika, saya akan menyuruh orang untuk mengantar perabotnya ke Vila Cakrawala,” Belongs to NôvelDrama.Org - All rights reserved.
ucap
Dennis.
Jenny yang mendengarnya pun terkejut, dia langsung berseru, “Ardika, kamu….
Jenny tidak percaya kalau Ardika benar–benar datang membeli perabot.
2/3
Juna yang menyadari keberadaan Jenny pun bertanya, “Siapa kamu?”
“Teman istriku,” jawab Ardika sambil berjalan ke dalam toilet.
Ternyata temannya Nona Luna. Oh, kamu membawa dokumen CV, jadi kamu yang datang melamar posisi sekretaris manajer umum, ya?”
“Kamu lulus.”