Menantu Pahlawan Negara

Bab 148



Bab 148 Hari Ini Kamu Tidak Bisa Keluar Lagi 

*IS BONUS 

Dengan memasang ekspresi muram, seorang pria melangkahkan kakinya memasuki 

tempat itu. 

Di bagian kiri wajahnya, ada sebuah bekas luka gores dari pelipisnya hingga ke 

dagunya. 

Bekas luka itu tampak sangat menakutkan, sehingga menambah kesan ganas pria 

itu. 

Melihat wajahnya saja sudah membuat orang ketakutan. 

Pria ini tidak lain adalah kepala preman yang terkenal ganas di area kota tua, Jordi! 

Jordi tampak sedang menggigit rokok. Dia memelototi Robin dan Selvi yang buru- buru keluar setelah mendengar suara keributan itu dan berkata, “Robin, di mana bocah yang sudah memukul anak buahku? Suruh dia keluar sekarang juga!” 

Begitu mendengar suara teriakan keras Jordi, saking ketakutannya sekujur tubuh 

dua lansia itu langsung gemetaran. 

Walaupun sebelumnya Ardika sudah mengatakan dirinya adalah seorang presdir dan sudah memanggil dua kepala preman untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi begitu melihat Jordi yang ditakuti oleh semua penduduk area kota tua, perasaan takut langsung menyelimuti hati mereka. Exclusive © content by N(ô)ve/l/Drama.Org.

“Tuan Jordi, Ardika adalah teman sekelas putra kami. Saat dia datang mengunjungi kami, dia mengira kami sedang ditindas. Karena itulah, dia baru main tangan …. Aku harap Tuan Jordi berbesar hati dan jangan mempersulitnya. Biaya pengobatan akan 

kami tanggung.” 

Terlepas dari rasa takut yang menyapu dirinya, Robin masih memberanikan diri 

untuk memohon. 

“Hah, kamu bilang akan menanggung biaya pengobatan? Kalau aku meminta kalian mengeluarkan dua miliar, apa orang miskin seperti kalian berdua bisa 

mengeluarkan uang sebanyak itu?!” 

*15 BONUS 

Jordi mendengus, lalu berkata dengan kejam, “Cepat suruh bocah itu keluar! Aku 

nggak peduli siapa dia! Karena dia sudah berani memukul anak buahku, maka hari 

ini dia nggak akan bisa keluar dari area kota tua lagi!” 

Dia adalah penguasa area kota tua, tidak ada seorang pun yang berani menyentuh 

anak buahnya. 

Hari ini, kalau dia tidak memberikan pelajaran kepada bocah yang telah 

mematahkan lengan anak buahnya, kelak orang lain akan berpikir dia mudah untuk 

ditindas. 

“Oh? Aku juga sangat penasaran siapa yang bisa membuatku nggak bisa keluar dari 

area kota tua.” 

Ardika berjalan keluar, lalu menatap Jordi tanpa ekspresi. 

Jordi tertawa mengejek dan berkata, “Bocah, ternyata kamu cukup arogan, ya! 

Mampu mematahkan lengan anak buahku, sepertinya keterampilan seni bela dirimu lumayan juga. Tapi, bukan berarti kamu sudah memenuhi kualifikasi untuk bersikap 

arogan di hadapanku!” 

Selesai berbicara, dia melambaikan tangannya dan berkata, “Semuanya, masuklah!” 

Dalam sekejap, puluhan orang preman langsung mengepung tempat itu. 

“Ardika, kami sudah mencelakaimu. Seharusnya kamu pergi saja tadi.” 

Begitu melihat sekelompok preman ganas itu, wajah Robin dan istrinya langsung 

pucat pasi. 

“Pergi? Pergi ke mana? Aku sudah bilang hari ini dia nggak akan bisa keluar dari 

area kota tua lagi.” 

Jordi tertawa terbahak–bahak dan berkata, “Bocah, buka matamu lebar–lebar dan 

lihat baik–baik! Selama ada anak buah, seseorang baru berhak bersikap arogan. 

Biarpun kamu jago berkelahi, kalau kamu hanya seorang diri, percuma saja!” 

“Hanya sebanyak ini? Nggak cukup,” kata Ardika dengan nada meremehkan. 

Emosi Jordi langsung meluap. Dia berkata dengan kejam, “Di saat seperti ini, kamu masih saja berlagak hebat di hadapanku. Kalian maju beberapa orang dulu, 

+15 BONUS 

patahkan kedua lengannya terlebih dahulu!” 

Robin langsung bergidik ngeri. Dia segera berdiri di hadapan Ardika sambil 

mengangkat kedua tangannya dan berkata, “Tuan Jordi, saya mohon lepaskan 

Ardika. Kalau kalian ingin mematahkan lengan, patahkan saja lengan kami.” 

“Paman, Paman mundur saja. Hari ini, nggak ada seorang pun yang mampu mematahkan lenganku.” 

Melihat beberapa orang preman itu menerjang ke arahnya, Ardika segera menarik Robin ke belakangnya, lalu menyambut beberapa orang preman itu dengan 

tendangan. 

“Ah….” 

Dengan iringan suara teriakan mengenaskan, beberapa orang preman itu langsung 

terpental keluar dan muntah darah. 

Melihat Ardika begitu kuat, Jordi juga sangat terkejut. Dia mengentakkan kakinya 

dan berkata, “Semuanya, serang dia! Aku nggak percaya dia bisa mengalahkan 

puluhan orang seorang diri!” 

“Kak Jordi, Kak Jordi, tiba–tiba ada begitu banyak orang yang datang. Sepertinya 

mereka adalah anak buah kepala preman lain!” 

Tepat pada saat ini, anak buah yang berjaga di luar gang tiba–tiba berlari masuk dan 

menyampaikan informasi itu dengan terburu–buru. 

Ekspresi Jordi langsung berubah drastis. 

“Preman area lain? Bukankah kemarin semua kepala preman area lain beserta anak 

buah mereka sudah ditangkap?!” 

Dia sudah mendengar informasi tentang penangkapan lima belas kepala preman 

beserta semua bawahan mereka. 

Saat ini, selain Jinto dan Romi, sudah tidak ada kepala preman lain lagi. 

Namun, area kota tua ini tidak ada bisnis yang besar, kepala préman seperti berdua 

tidak mungkin tertarik. Jadi, bagaimana mungkin mereka mengirim anak buah 

mereka ke sini? 

374 

+15 BONUS 

Jordi masih tidak mengerti apa yang telah terjadi, tetapi dia merasa perlu keluar untuk memantau situasi terlebih dahulu. 

“Ayo kita pergi, biarkan saja mereka di sini dulu, nanti kita baru mencari perhitungan lagi dengan mereka!” 

Dia memelototi Ardika, lalu melambaikan tangannya dan segera berjalan keluar. 

Namun, begitu keluar dari pintu, seolah–olah sudah tersihir, dia hanya berdiri 

mematung di tempat. 

COIN BUNDLE: get more free bonus 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.