Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 150



Bab 150

Pergelangan kaki Bella masih terluka.

Tapi dia tetap berjalan dengan cepat kearah Peter dan melepaskan kacamata hitamnya.

Dan saat melihat Samara yang ada disamping Peter, api kemarahan di mata Bella serasa akan menyembur keluar.

“Samara….Peter, kalian benar-benar licik!” Bella mencibir dan menghina, “Semalam di pesta ulang tahun Kakek Firman kalian mengatakan kalau hubungan kalian sangat bersih….lalu sekarang apa yang sedang kalian lakukan?”

Peter menatap Bella dengan dingin, Bella boleh saja menghinanya, tapi dia tidak diizinkan untuk menyiram air kotor pada Samara.

“Bella, sejak tadi malam, hutang diantara kita berdua sudah lunas.”

“Lunas apanya!” Bella mengernyitkan keningnya, “Kamu tahu betul hadiah yang kusiapkan untuk Kakek Firman adalah batu giok, kenapa bisa berubah menjadi mayat kucing hitam pasti ada hubungannya dengan Samara.”

“Benarkah? Lalu?”

Bella menunjuk Samara, dan berkata dengan marah : “Saya akan mengekspos kalian pada Keluarga Gandhi! Kalian pasangan brengsek ini…….”

Bella belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Samara sudah mengangkat kakinya dan menendang kaki Bella yang terluka.

Tendangan itu tidak kuat, namun karena tendangan itu mengenai lukanya, Bella seketika merasa kesakitan, “Bam—-” dan seketika bersujud di lantai marmer.NôvelDrama.Org owns © this.

“Kamu…

“Bella, apa yang kamu katakan benar.” Samara membungkuk dan bibir merahnya terbuka, lalu mengatakan satu kata demi satu kata, “Tapi apakah kamu tidak melihat-lihat dulu, ini daerah siapa?”

Wajah Bella berkerut karena marah, dan dia memelototi Samara dengan putus asa.

** Kamu sengaja! Kamu dan Peter bersekongkol untuk melawanku! Kalian memfitnah!”

“Sebenarnya siapa yang membinah siapa?” Samara mencibir, “Periksa saja mayat kucing hitam itu, dan kebenarannya akan terkuak…..”

Perkataan itu berhasil membuat raut wajah Bella berubah.

“Samara, jangan kira kamu bisa menutupi langit dengan satu tangan…” Bella meronta marah, tapi tidak bisa berdiri karena kakinya ccdcra.

“Dasar kekanak-kanakkan.” Samara mencibir, “Kalau kata-kata kasar itu berguna, saya pasti sudah

lama pergi ke neraka.”

Samara tidak tertarik pada wanita yang tetap keras kepala walau diambang kematian, lalu berkata pada Timothy yang berada disampingnya.

“Sejak kapan tingkat keamanan di Perusahaan Farmasi Intermega menjadi selonggar ini? Apa hewan seperti ini juga bisa masuk kedalam?”

Timothy memanggil petugas keamanan dengan wajah cemberut.

Dia sudah muak pada perkataan Bella yang kotor, namun bagaimanapun dia adalah seorang wanita jadi dia tidak bisa melayangkan tinjunya padanya.

Segera, petugas keamanan bergegas menghampiri dan mengusir Bella.

Bella masih terpaku dilantai dan menolak pergi, dia masih berusaha berteriak.

“Kenapa? Kenapa kalian melakukan ini padaku!!!”

“Kalian orang rendahan ini, kuberitahu, saya adalah Nona Muda Keluarga Kusma!”

“Saya tidak melakukan kesalahan, kenapa kalian memperlakukanku seperti itu, saya akan menuntut kalian!”

Bella melawan dengan kuat, petugas keamanan juga tidak memperdulikannya dan langsung menyeretnya keluar.

Selama diseret, karena dia sendiri tidak kooperatif, roknya terangkat dan menunjukkan tubuh putihnya sebagai tontonan publik, dan langsung dicibir oleh orang-orang yang ada disekitar.

Setelah Bella diseret keluar.

Peter berkata dengan rasa bersalah : “Maaf, sudah membuat kekacauan untuk kalian.”

“Untuk melihat seseorang dengan jelas, ada harga yang harus dibayar.” Samara berkata dengan lembut, “Lalu jangan lupa…mencabut rumput harus mencabut hingga ke akarnya.

Orang yang terpojok bisa melakukan apa saja, meskipun Bella dan Keluarga Kusma tidak bisa membuat gelombang badai, tapi mereka cukup merepotkan juga.”

Kediaman Keluarga Wijaya.

Herna inenggerakkan giginya : “Ibu, saya yakin pasti Samara yang mengunciku di toilet!”

“Jangan berbicara sembarangan!” Emma menegur, “Dia adalah tamu kehormatannya Keluarga Gandhi, dan udak pernah berselisih denganmu sebelumnya, kenapa dia harus mencari perkara denganmu!”

“Pasti dia! Kalau bukan dia siapa lagi!”

Sesampainya Samantha di rumah, dia kembali mendengar nama ‘Samara!

Nama itu membuat saraf tubuhnya tegang seketika.

“Ibu——” Samantha bergegas berjalan kedalam dan bertanya dengan nada rendah, “Sarara apa lagi! Ada Samara yang mana lagi?”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.