Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 811



Bab 811

Tepat pada saat ini terdengar suara ketukan pintu ‘tok tok‘, suara itu sangat pelan, bagaikan air dingin yang dituang dengan keras ke tubuh Harvey.

Harvey segera memisahkan diri dengan Selena, apa yang dia lakukan! Dia benar–benar melakukan hal semacam ini saat Selena tertidur.

Kalau Selena bangun pada saat seperti ini, Harvey tidak akan bisa menjelaskan apa pun.

Harvey berjalan cepat ke pintu, wajah tampannya terlihat tegang, “Ada apa?”

Alex mengucek matanya, apakah dia salah lihat? Kenapa dia merasa wajah Harvey tampak merah?

“Ini obat penurun panas yang dokter suruh aku antar, Nyonya bisa meminumnya.”

“Hm.” Harvey menjawab diam–diam, “Orangnya sudah terkejar?”

“Malam ini ombak di laut sangat besar, bahkan drone pun nggak bisa dikendalikan. Saat ini kami belum menemukan keberadaannya, tapi tenang saja, dia pasti nggak akan pergi jauh dengan Tuan Muda kecil.”

“Baiklah. Langsung hubungi aku begitu ada kabar.”

“Dimengerti.”

Harvey menutup pintu dan berjalan ke samping Selena. Selena masih belum sadar, saat dia meletakkan tangannya di dahi Selena, tidak ada tanda–tanda demam yang mereda.

Harvey bingung melihat obat penurun panas di tangannya, bagaimana dia bisa memberikannya kepada seseorang yang masih belum sadar?

Setelah berpikir dan berpikir, tampaknya ada cara yang lebih baik.

Dia menghancurkan tablet obat, lalu dengan hati–hati menyuapkannya ke mulut Selena.

Pada awalnya Selena masih menolak invasi benda asing, namun akhirnya dia secara otomatis terpaksa

menelannya.

Saat melihat akhirnya Selena menelan obat, Harvey akhirnya lega. Dia menutupi tubuh Selena dengan

selimut, lalu meninggalkan ruangan tanpa suara.

Sekarang hubungannya dengan Selena, saling kenal tetapi tidak ingin bertemu.

Dia pergi ke ruangan lain, lalu memandang gadis kecil yang dibedong.

bage feasa mewhat mantanest teata wajah yang begitu mirip ini tidak terlihat aneh ketika

Awb sewang gadis.

Aare lembut menyentuh wajah yang halus dan kecil milik Luna. Harvey takut bisa melukainya jika

quest begitu kecil seperti sehelai bulu

erlahan–lahan bulu mata yang seperti sikat kecil bergetar dengan lembut. Sebelum Harvey punya kesempatan untuk pergi sepasang mata yang jernih sudah masuk ke pandangannya.

Alanya yang besar berkedin menatap pria yang sangat tampan di depannya.

“Parman.” Spara anak kecil sedang memanggilnya.

Harvey mendengar panggilan ini merasa sedih bercampur kesal. padahal anak ini adalah putrinya.

Namun, dia tidak berani mengakui takut identitasnya terbongkar dan Selena akan menyadarinya.

Luna masih terlalu kecil tidak terlalu mengerti perasaan rumit yang ada di mata paman ini.

Bagaikan lautan luas. begitu dalam hingga membuat si kecil tidak bisa memahaminya sama sekali.

Namun, Luna tetap mengulurkan tangan kecilnya, ingin menggenggam tangan Harvey. Belongs to NôvelDrama.Org - All rights reserved.

Harvey dengan cepat menarik gadis kecil ke dalam pelukannya, suaranya menjadi serak dan penuh dengan emosi, “Nak, aku akhirnya bertemu denganmu.”

Pada malam–malam yang penuh kesedihan itu, Harvey selalu merasa sangat sedih saat memikirkan anak kembarnya.

Dulu dia membeli beberapa banyak pakaian untuk anak–anaknya, juga menyjapkan berapa banyak mainan. Pada akhirnya dia mengetahui kabar kematian anak–anaknya, kesedihannya tidak kalah dengan Selena.

Saat ini adalah pertemuan kembali dengan anaknya, dia memeluk anaknya dengan hati–hati, lalu air

mata hangat jatuh di leher Luna.

Luna dengan bingung mengangkat kepalanya dan bertatap muka dengan sepasang mata hitam itu.

Tangan kecilnya yang lembut mengusap air mata di sudut mata Harvey, dia memiringkan kepalanya sembari bertanya, “Paman?”

Luna tidak mengerti, kenapa paman yang asing namun terasa akrab ini menangis seperti ini?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.