Empat bayi Kembar Kesayangan Ayah Misterius

Bab 133



Bab 133

Bab 133

“Aduh! Untuk apa membahasnya di hari baik seperti ini!” Heru langsung meneguk habis anggur merah yang ada digelasnya, dan melirik Emma, “Bocah itu memang memiliki karakter yang liar, dan tidak tahu cara menjaga diri, dia tidak pantas menjadi putriku....”

Emma tersenyum bersalah : “Benar, benar, gadis itu menetap di kampung bersama ibunya, apa yang bisa didapatnya?”

Meskipun Emma berstatus sebagai istri muda, tapi dia menganggap Samantha seperti anaknya sendiri, bahkan dia lebih menyayanginya dibandingkan putri kandungnya, Herna.

“Lihat Samantha yang sejak kecil ikut dengan kita, baik pengetahuan, bakat dan seleranya semua sangat berkelas...”

Setelah membahas Samantha, kerutan pada kening Heru akhirnya melonggar.

“Samantha memang luar biasa.”

III

I mema

“Lihat dulu dong siapa yang mendidiknya?” Emma juga berkata dengan bangga, “Tunggu setelah dia masuk kedalam keluarga Costan, perayaan ulang tahunmu nanti juga tidak akan kalah dari Tuan Firman.”

Membahas persoalan itu membuat Heru sekeluarga tersenyum.

–Tidak jauh dari sana, Samara sedang memakan kue coklat yang dipegangnya, dan melihat senyum bahagia sekeluarga itu.

Dia....

Selalu menjadi orang asing didalam keluarga itu.

Dulu dia selalu mencoba untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri, namun dia selalu dikucilkan.

Sekarang, yang tersisa hanyalah kebencian dan penghinaan.

Dia masih ingat dengan jelas sarkasme dan hinaan yang dilontarkan oleh Heru dan Emma saat dia pergi ke kediaman Keluarga Wijaya dengan selembar tes kehamilan.

Bahkan––––

Herna sengaja membuatnya tersandung, mencoba membuatnya jatuh dari tangga.

Semua penderitaan itu dia ingat jauh didalam lubuk hatinya.

Meskipun itu tersimpan dalam lubuk hatinya yang paling dalam, tapi dia tidak pernah melupakannya

Dan saat Samara sedang larut dalam pikirannya, Bella menggandeng Peter yang mengenakan setelan jas dan muncul di hadapannya.

Keduanya saling memandang, dan dua aliran cahaya melintas di mata mereka masing–masing.

Namun, segera....

Tatapan Peter penuh keterkejutan : “Samara...kenapa kamu bisa disini?”

“Siapa kamu?” ekspresi Samara berubah dari terkejut menjadi dingin, dia meletakkan kue yang sudah dimakan setengah keatas meja : “Saya...saya tidak mengenalmu, kamu salah orang.”

“Samara, dulu kamu tidak bersikap seperti ini padaku.” Text © by N0ve/lDrama.Org.

“Jangan panggil namaku, saya tidak mengenalmu.”

Setelah itu, Samara berbalik dan pergi.

Dia sengaja membuat dirinya terlihat panik dan malu.

Namun setelah dia berjalan melewati Bella, sudut bibirnya terangkat dan menunjukkan seringai.

Tidak lama setelah itu.

Tuan Firman muncul di ruang utama bagaikan bintang yang menyambut para hadirin.

Dia datang untuk memberi kata sambutan, dan disambut meriah oleh para tamu, setelah itu acara dilanjutkan ke sesi penerimaan hadiah dari para tamu.

aca

Pertama–tama, hadiah diberikan oleh para generasi penerus dan keluarga yang memiliki garis keluarga langsung dengan Keluarga Gandhi.

Semua hadiah itu sangat berharga, namun Tuan Firman sudah tua dan hanya mengangguk ngangguk.

Dan saat sampai pada giliran Bella.

Bella yang berpakaian serba hitam, melangkah maju dengan bermartabat, seperti angsa hitam yang bangga dan anggun.

“Kakek Firman, saya Bella, mendoakanmu agar hidup sehat dan panjang umur, dan bisa merayakan hari ini setiap tahunnya.”

“Terima kasih.”

Bella tidak tergesa–gesa mengeluarkan hadiah yang dia siapkan, dan kembali berkata.

“Kakek, melihat hadiah satu per satu terlalu memakan waktu dan membosankan, bagaimana kalau setelah ini kita menarik undian dan dua orang yang terundi harus memberikan hadiah bersamaan.”

“Ide yang menarik!” Firman memainkan tongkatnya dan berkata : “Tidak ada yang dirugikan, mari kita coba.”

Bella sudah membuat perhitungannya sejak tadi.

Dan dia sudah menyogok staf yang akan mengundi, dan dia juga sudah menyiapkan hadiah yang akan ditukarkan dengan hadiah asli Samara.

Selama hadiah dibuka dan diperlihatkan kepada hadirin, Samara pasti akan menjadi lelucon dan tidak akan bisa melupakannya seumur hidup.

Bella dan Samara tidak berdiri bersampingan, namun tatapannya padanya dipenuhi oleh perhitungan yang mendalam.

Samara acuh tak acuh seolah dia sedang terpisah dari dunia, dan sedang bersiap mencicipi anggur yang disajikan di pesta ulang tahun.

Anggur ini... penuh aroma dan sedikit manis.

Belalang tahu ada jangkrik didepannya tapi dia tidak menyadari ada kepodang yang sedang mengincarnya dari belakang.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.